fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
fwsefwsafsagfasdga ini artikel tulisan
Akhir tahun 2023 ditutup dengan semangat pembaruan dan pemikiran segar! Edisi Volume 4 Nomor 1 Jurnal ini berisi berbagai tulisan yang membahas tantangan, inovasi, dan solusi dari para praktisi, birokrat, hingga akademisi di berbagai wilayah. Isinya padat, reflektif, dan sangat relevan untuk Anda yang tertarik pada transformasi birokrasi, pendidikan, dan digitalisasi layanan publik.
Bagaimana kecamatan bisa setransparan dan seefisien startup? Artikel ini membongkar implementasi Aplikasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Aparatur (AP-PKA) yang membantu mempercepat pelaporan, meningkatkan akuntabilitas, dan memberdayakan pegawai melalui sistem digital. Inovasi kecil yang berdampak besar.
Pendekatan coaching dalam supervisi guru bukan cuma tren, tapi kebutuhan. Artikel ini mengupas bagaimana kepala sekolah bisa menjadi “coach” sejati, yang tidak hanya menilai tapi juga membimbing, memberdayakan, dan mendorong pertumbuhan profesional guru.
Tak hanya perusahaan, pemerintah pun dituntut adaptif dalam menyampaikan pesan. Artikel ini membahas bagaimana cara komunikasi publik bisa menjawab kebutuhan zaman, terutama dalam menghadapi isu sensitif, hoaks, dan ketidakpercayaan publik.
ASN yang cakap digital adalah tulang punggung reformasi birokrasi. Tulisan ini menjelaskan pentingnya pelatihan literasi digital secara sistemik, serta hambatan yang sering dihadapi di lapangan—dari infrastruktur hingga mindset.
Pelatihan guru tak lagi cukup dengan ceramah. Artikel ini menjelaskan model pelatihan berbasis praktik langsung yang memberi ruang guru untuk mencoba, merefleksi, dan mengembangkan strategi mengajar sesuai konteks kelas masing-masing.
Di tengah adat, sejarah panjang konflik, dan konservatisme sosial di Aceh, siapa sangka ada gelombang perubahan yang digerakkan oleh kekuatan perempuan? Artikel ini menelusuri bagaimana perempuan-perempuan Aceh—yang dulu kerap terpinggirkan—kini tampil sebagai agen perubahan sosial, ekonomi, hingga politik.
Aceh dikenal dengan penerapan Syariat Islam dan tradisi yang kuat. Tapi perempuan Aceh tak tinggal diam dalam batasan. Mereka mulai membangun ruang-ruang aman, komunitas, dan wirausaha sosial. Pelan tapi pasti, mereka menciptakan tempat untuk didengar dan dihormati.
Artikel ini mengisahkan para perempuan luar biasa yang:
Perempuan Aceh menghadapi hambatan besar—dari stigma sosial, resistensi budaya, sampai keterbatasan akses. Namun dengan solidaritas dan dukungan komunitas, mereka terus bergerak. Di balik kesulitan, tumbuh kekuatan baru: kepemimpinan berbasis empati dan keberanian.
Kisah perempuan Aceh ini bukan hanya soal wilayah. Ini tentang semangat perempuan Indonesia secara keseluruhan. Mereka menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari hal kecil, dari desa terpencil sekalipun, asalkan ada kemauan dan dukungan.
📖 Penasaran dengan kisah lengkap dan inspiratif para perempuan hebat ini?
Yuk baca artikelnya secara langsung melalui tautan berikut ini:
👉 Klik untuk membaca artikelnya secara lengkap
📌 Dalam era serba digital, pemerintahan dituntut bergerak lebih cepat, transparan, dan efisien. Salah satu contoh nyata datang dari Kecamatan Cicendo, Kota Bandung, yang berhasil menerapkan aplikasi AP-PKA (Aplikasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Aparatur) untuk memperkuat tata kelola program dan kegiatan.
AP-PKA adalah aplikasi internal yang dikembangkan untuk membantu aparatur pemerintah dalam merencanakan, melaksanakan, memantau, dan melaporkan setiap kegiatan secara sistematis dan digital. Inovasi ini menjadikan seluruh proses kerja lebih terdokumentasi, transparan, dan dapat diakses dengan mudah oleh seluruh pihak terkait.
Langkah kecil dari sebuah kecamatan bisa berdampak besar bila dijalankan dengan konsisten. Aplikasi AP-PKA menjadi bukti bahwa inovasi digital dapat dilakukan dari level pemerintahan paling dasar sekalipun, dan bisa menjadi model untuk wilayah lain yang ingin membangun Smart District.
Ingin tahu lebih dalam tentang bagaimana aplikasi ini bekerja dan tantangan nyatanya di lapangan?
👉 Baca artikelnya lengkap di sini:
📎 Klik untuk membaca PDF-nya